|
“Aplikasi
Teori Maslow dan Teori Rogers Dalam
Pendidikan”
Oleh:
Apriliana Y. S. Silitonga
Herson Mahadun
Stella F. Runtuwene
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Seiring
dengan perkembangan jaman banyak negara yang
mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya
merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting.
Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat
dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum
optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan
yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan
oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan
kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah
mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak
untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang
perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar
bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di
samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira.
Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh
realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat
menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap
belajar.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang
paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku
merupakan salah satu tugas yang paling penting tentang belajar dengan kata
lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori belajar sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis
tentang belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan
dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan
masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat
perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi
tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi
Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu
ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan
dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi
(pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan
makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri
atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson
diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus
dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk
semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi
mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan
menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan
secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan
dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip
dengan metode dengar ucap.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Maslow
Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa persoalan
pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,
membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal
seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang
muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh
dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan
kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia
pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar.
Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang
demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping
kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah
di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak,
tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar
yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam
proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.
Bagi para guru,
menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang
diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang paling penting
tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori
belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis
tentang belajar.
Secara luas teori belajar
selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan
masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa
ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir,
berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi
pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich
Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian
percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur
karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas
pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau
kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti
itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan
respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov
tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat
bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan
mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori
classical conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada
umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian
lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu
bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan
bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu.
Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
B.
Aplikasi
Teori Maslow Dalam Pendidikan
Anak
belajar bukan karena ia dipaksa untuk belajar, akan tetapi, belajar berdasarkan
untuk mengetahui sesuatu yang ada dilingkungannya. Hal ini dating dari diri
dalam anak, misalnya, keinginan anak untuk mencapai keberhasilan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keberhasilan yang diperoleh anak merupakan hadiah bagi dirinya sendiri, oleh
sebab itu Reward menurut humanism adalah
diri sendiri untuk diri sendiri. Berlainan dengan behaviorisme, reward dating
dari luar diri individu yang belajar.
Berdasarkan
teori Maslow perkembangan self-esteem merupakan hal yang penting. Anak yang
berpandangan baik tentang dirinya memiliki self-esteem yang tinggi. Keadaan ini
menjadi pendorong bagi anak dalam menentukan
tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Selanjutnya, hal ini akan menjadi
dasar untuk mencapai self-efficacy atau high self-esteem. Oleh sebab itu
pendidikan yang berbasis humanism adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan
pendekatan “ child- centered”
Pendekatan
pendidikan yang bersifat child-centered mengandung implikasi bahwa anak
bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang ditentukannya didalam proses
pendidikan yang diikutinya dan anak mendapat kesempatan yang luas dalam mengakualisasikan
berbagai kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian pendidikan bertujuan
mempersiapkan anak untuk memasuki kehidupan nyata dimasanya yang kelak. Dengan
kata lain bukan membuat anak menjadi tergantung pada Reward dan punishment.
Bertitik tolak pada hal tersebut maka guru berfungsi sebagai fasilitator yang
mefasilitasi kebutuhan belajar anak untuk berkembang menjadi manusia yang
manusiawi. Oleh sebab itu, salah satu tugas fasilitator adalah membuat anak
memiliki perasaan yang baik tentang dirinya dan berpikir positif terhadap
dirinya sendiri karena kondisi tersebut memfasilitasi kegiatan belajar yang
positif bagi perkembangan anak.
Implikasi
dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar
misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan
kesulitan untuk memahami mengapa
anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau
bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan
anak atas kejadian
ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang
berada di bawah kebutuhan
untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi /
keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki kebutuhan Maslow
dapat membantu guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk
meningkatkan pembelajaran. Adalah tidak
realistis untuk mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas
jika mereka kekurangan kebutuhan fisiologis
atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke sekolah tanpa
sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan
siang tidak bisa fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran
di kelas.
Guru dapat bekerja sama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja
sosial untuk membantu
keluarga mereka atau mengusulkananak-anak untuk disetujui masuk program
makan gratis atau pengurangan biaya sekolah.
Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas dengan gangguan di dekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat bertemu dengan
orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih aman dalam belajar tidak terpenuhi. Guru dapatmendorong
orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak
adagangguan di kelas dan mengajar
siswa keterampilan untuk
mengatasi gangguan-gangguan tersebut (misalnya, bagaimana untuk berkonsentrasi dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik)
Beberapa sekolah tinggi memiliki
masalah dengan kekerasan dan
tekanan yang berhubungan dengan
perilakugeng. Jika siswa takut bahwa
mungkin secara fisik mereka dirugikan atau
sering harus berurusan dengan tekanan untuk
bergabung dengan geng, berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin guru atau administrator mempertimbangkanbekerjasama dengan siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat
penegak hukum untuk mengembangkan strategi
yang efektif untuk menghilangkan masalah
keamanan. Isu-isu ini harus
diatasi untuk membuat atmosphire yang kondusifuntuk belajar. Guru harus menyediakan
kegiatan yang dapat siswa selesaikan dengan sukses.
Berikut banyak sekali hal-hal yang merupakan beberapa aplikasi dari teori-teori Maslow dalam proses pembelajaran,.
1.
Open Education atau
Pendidikan Terbuka
Pendidikan
Terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktivitas belajar mereka
sendiri. Guru hanya berperan sebagai pembimbing. Ciri utama dari proses
ini adalah murid bekerja secara individual atau dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam proses ini mensyaratkan adanya pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang
memungkinkan muridmengeksplorasi
bidang-bidang pelajaran, topik-topik, ketrampilan- ketrampilan atau minat-minat tertentu. Pusat ini
dapat memberikan petunjuk
untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya guru dan dapat
mencatat partisipasi dan kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan
guru (Rumini, 1993). Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini
adalah sebagai berikut :
a. Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar,
artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar harus ada. Murid tidak dilarang untuk bergerak secara
bebas di ruangkelas, tidak dilarang
bicara, tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
b. Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku
dengan jalan berkomunikasi
secara pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok.
c. Adanya kesempatan bagi guru
dan murid untuk bersama- sama mendiagnosis peristiwa-peristiwa belajar,
artinya murid memeriksa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati danmengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d. Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun buku kerja
e. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang
dilalui murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya sedikit sekali diadakan tes
formal.
f. Adanya kesempatan untuk
pertumbuhan professional bagi guru, dalam arti guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk
rekan sekerjanya.
g. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses belajar yang membuat murid nyaman dalam
melakukan sesuatu.
Perlu untuk
diketahui, bahwa penelitian tentang efektivitas model ini menunjukkan adanya perbedaan dengan proses pendidikan tradisional dalam hal kreativitas, dorongan
berprestasi, kebebasan dan
hasil-hasil yang bersifat afektif secara lebih baik. Akan tetapi dari segi pencapaian prestasi belajar akademik,
pengajaran tradisional lebih
berhasil dibandingkan poses pendidikan terbuka ini.
2.
Cooperative
Learning atau Belajar Kooperatif
Belajar
kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan
dorongan berprestasi murid. Dalam prakteknya, belajar kooperatif memiliki tiga karakteristik :
a. Murid
bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), dan komposisi ini tetap selama beberapa
minggu.
b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.
c. Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Collaborative Learning (Pembelajaran
Kolaboratif)
Prinsip
dari Pembelajaran Kolaboratif adalah bahwa pembelajaran merupakan
proses yang aktif. Mahasiswa mengasimilasi informasi dan
menghubungkannya dengan pengetahuan baru melalui kerangka acuan
pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran memerlukan suatu tantangan
yang akan membuka wawasan para mahasiswa untuk secara aktif berinteraksi dengan
temannya. Di sini mahasiswa akan mendapatkan keuntungan lebih jika mereka
saling berbagi
Pembelajaran terjadi
dalam lingkungan sosial yang memungkinkan
terjadinya komunikasi dan saling bertukar informasi, yang akan
memudahkan mahasiswa menciptakan kerangka pemikiran dan pemaknaan terhadap hal yang dipelajari. Mahasiswa ditantang baik secara sosial maupun emosional
ketika menghadapi
perbedaan perspektif dan memerlukan suatu kemampuan untuk dapat mempertahankan ide-idenya. Dengan demikian melalui proses ini mahasiswa belajar menciptakan keunikan kerangka konseptual masing-masing dan secara aktif terlibat dalam proses membentuk pengetahuan. Perkuliahan Mata Kuliah Teori dan Psikologi Belajar yang telah dilakukan selama ini sebagian menggunakan prinsip ini. Adapun prosedur pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut :
perbedaan perspektif dan memerlukan suatu kemampuan untuk dapat mempertahankan ide-idenya. Dengan demikian melalui proses ini mahasiswa belajar menciptakan keunikan kerangka konseptual masing-masing dan secara aktif terlibat dalam proses membentuk pengetahuan. Perkuliahan Mata Kuliah Teori dan Psikologi Belajar yang telah dilakukan selama ini sebagian menggunakan prinsip ini. Adapun prosedur pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut :
a.
Dosen menjelaskan topik yang
akan dipelajari
b.
Dosen membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang
c.
Dosen membagi lembar kasus yang
terkait dengan topik dipelajari
d.
Mahasiswa diminta membaca kasus
dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi terhadap kasus
e.
Mahasiswa diminta mendiskusikan
hasil pekerjaannya dalam kelompok kecil masing-masing dan mendiskusikan
kesepakatan kelompok
f.
Masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan meminta kelompok lain untuk m
emberikan tanggapan
4. Competitive Learning (Pembelajaran
Kompetitif)
Prinsip
pembelajaran ini adalah memfasilitasi mahasiswa saling
berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil terbaik. Kompetisi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.Kompetisi individual berarti mahasiswa berkompetisi dengan dirinya sendiri dibandingkan dengan pencapaian prestasi sebelumnya. Kompetisi kelompok dilakukan dengan membangun kerjasama. Prosedur proses pembelajaran kompetitif adalah sebagai berikut : - Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran
berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil terbaik. Kompetisi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.Kompetisi individual berarti mahasiswa berkompetisi dengan dirinya sendiri dibandingkan dengan pencapaian prestasi sebelumnya. Kompetisi kelompok dilakukan dengan membangun kerjasama. Prosedur proses pembelajaran kompetitif adalah sebagai berikut : - Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran
a. Dosen
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota 5 - 7 orang
b. Dosen
menjelaskan prosedur tugas yang akan dikompetisikan dan standar penilaiannya
c. Dosen
memfasilitasi kelompok untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
d. Masing-masing
kelompok menunjukkan kinerjanya
e. Dosen
memberikan penilaian terhadap kinerja kelompok berdasar standar kinerja yang
telah disepakati.
5. Case Based
Learning (Pembelajaran Berdasar Kasus)
Prinsip
dasar dari metode ini adalah memfasilitasi mahasiswa untuk menguasai konsep dan menerapkannya
dalam praktek nyata. Dalam hal ini analisis kasus yang dikuasai tidak
hanya berdasarkan common sense melainkan dengan bekal
materi yang telah dipelajari. Pada
akhirnya metode ini memfasilitasi mahasiswa untuk berkomunikasi dan berargumentasi terhadap analisis suatu kasus. Prosedur yang dilakukan
dalam metode ini adalah :
a. Dosen
menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang akan digunakan
b. Dosen meminta mahasiswa mempelajari konsep dasar berkaitan dengan tujuan pembelajaran, dengan
cara membaca buku teks yang membahas materi tersebut.
c. Dosen membagikan lembar
kasus yang telah dipersiapkandimana kasus ini haruslah relevan dengan tujuan
dan materi pembelajaran
d. Dosen membagikan lembar pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa berkaitan dengan pembahasan kasus
tersebut. Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga
menjadi panduan mahasiswa untuk dapat
menganalisis kasus berdasarkan.
C.
Teori
Carl Roger Tentang Humanisme dan Aplikasihnya dalm Pendidikan
Carl
Roger (1902-1985) merupakan salah seorang tokoh humanism yang memandang manusia
sebagai aristek yang teguh dalam membangun dirinya sendiri. Roger adalah
seseorang ahli Pertian yang memperdalam keahliannya dalam bidang teologi dan
pisikologi klinis. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang teherapist, Roger
memandang bahwah pusat keahlian adalah self/diri oleh sebab itu, seseorang
perlu menggali dirinya sendiri agar dapat mengetahui siapa sebenarnya dirinya.
Hal tersebut, akan membuat dirinya sebagai mana adanya.
Client-
centered therapy merupakan metode terapi pisikologis yang dikembangkan oleh
Roger berdasarkan pada keyakinannya bahwa manusia dapat menemukan kakuatan yang
ada didalam dirinya.
Menurut
Roger, pengetahuan tentang diri sendiri dan penghargaan terhadap diri sendiri
di bentuk melalui berbagai pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya sejak usia dini (Papalia & Olds, 1985:498). Congruence atau
penghargaan atau penerimaan dan pujian yang diberikan oleh orang-orang yang
berada dalam lingkungan individu merupakan bagian dari berbagai pengalaman yang
diperlukan untuk memehami diri sendiri dan membangun penghargaan pada diri
sendiri. Oleh sebab itu, individu yang memiliki self-esteem yang baik akan
menjadi individual yang memiliki kepribadian yang positif dan selanjutnya,
menjadi individu yang mampuh mengaktualisasikan dirinya secara posotif.
Individu yang mengaalami kemiskinan dalam congruence akan berkembang kearah
negative, seperti rasa cemas yang berlebihan bahkan dapat menjadi individu yang
psychotic yang ditunjukan melalui fasilitasnya tentang dirinya.
D. Latar Belakang Maslow
Carl
Ransom Rogers lahir di Oak Park, IIIionois, pada 8 Januari 1902. Pada
umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers tertarik kepada
pertaniann secara ilmiah. Pertanian inilah yang membawanya ke perguruan tinggi
di Un.of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk Union Theological Seminary di
New York City dimana dia mendapat pandangan yang liberal dan filsafat
mengenai agama. Kemudian pindah ke Teacher College of Columbia dan dia mendapat
gelar M.A pada tahun 1928 dan doktor pada 1931 di Colombia. Pegalaman
praktisnya yang pertama diperoleh di Institute for Child Guidance, lembaga
tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran
Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya
yang mementingkan statistik itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya
yang mementingkan statistik dan pemkiran menurut aliran Thorndike.
Setelah mendapat doktor, Rogers menjadi anggota staf Rochester Guindance
Center dan kemudian menjadi pemimpinya . Dan pada tahun 1940 Rogers menerima
tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State Univrsity. Perpindahan
dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh rogers sendiri sangat
tajam, karena rangsangan – rangsanganya dia merasa terpaksa harus membuat
pandangan – pandangan dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakanya
pada tahun 1942 dalam buku : Counseling and Psychothrapy. Pada tahaun 1945
Rogers menjadi maha guru pskologi di universitas of Chicago, yang
jabatanya hingga kini. Tahun 1946 – 1957 menjadi Presiden American
Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987
karena serangan jantung.
E.
Aplikasih
teori Roger pada binbingan Pshykologis dalam Pendidikan
Teori
Roger dapat digunakan dalam melakukan bimbingan pisikologis dalam mengatasi
asalah-masalah pisikologis yang dialami siswa dalam mempengaruhi proses balajar
siswa tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah bimbingan konseling (BK). Dalam
melaksanakan BK yang berbasis silent-cntered therapy, Roger melakukan thertapy
yang bersifat non directive therapy yang dijelaskan di bagian berikut ini :
·
Acceptence atau penerimaan client pada apa adanya. Walaupun client
mengeluarkan perasaan negatifnya seperti mencela atau prilaku yang lainnya.
Melalui acceptance maka individu akan
memperoleh kekuatan diri apabila client merasa bahwa ia diterima sebagaimana
adanya maka ia akan membangun sikap posotif terhadap dirinya.
·
Empatic understanding yaitu kesedihan
untuk memahami keadaan silent. Karena merasa didengarkan apa yang di rasakan
oleh silent maka ia akan mampuh mendengar dirinya sendiri dan dapat merasakan
perasaan yang hilang selama ini.
·
Congruence, individu yang congruence
akan tampil seperti dirinya sendiri dan tidak memasangkan topeng dalam
penampilan dan perilakunya. Seiring dengan pengertian silent tentang dirinya
ndan menghargai dirinya maka individu tersebut menerima bebagai pengalaman yang
dialaminya sebagai adanya.
Didalam
dunia pendidikan dan pengajaran teori Carl Roger dapat diaplikasihkan dalam
berbagai bentuk tindakan pendidikan dan pembelajaran yang merupakan
prinsip-prinsipa tersebut diatas, diantaranya adalah :
Ø Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya berkaitan
dengan proses pendidiakan dan pembelajaran yang sedang berlangsung atau yang
akan berlangsung dan telah berlangsung.
Ø Member
kesempatan kepada siswa untuk menginternilasisasi kejasian-kejadian yang
berlangsung selama proses pendidikan dan pembelajaran terjadi sehingga menumbu
kembangkan perasaan empati pada siswa yang selanjutnya menjadi alat untuk
melakukan introkspeksi terhadap dirinya sendiri.
Ø Member
kesempatan kepada siswa seperti dirinya sendiri dengan jati diri yang utuh
sehingga memperkuat kemandirian siswa di dalam proses perkembangan
kepribadiannya selanjutnya.
Penerapan
Pendekatan Humanisme dalam Proses Pendidikan dan Pembelajaran
Penerapan
pendekatan humanism didalam pendidikan dan pembelajaran dapat di identifikasi
dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh sekolah dalam hal-hal yang berkaitan
dengan :
·
Pengembangan perasaan positif siswa
terhadap dirinya sendiri yang diarahkan pada pengembangan kepribadian yang
posotif. Kepribadian positif mendukung proses pendidikan yang dijalani oleh
siswa tersebut.
·
Pengembangan perasaan posotif terhadap
orang lain yang diarahkan untuk menghargai orang lain tanpa membedakan asal
usul, ras, latarbelakang social dan ekonomi serta agama.
·
Penyediaan sara dan prasarana pendidikan
dan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sebagai indifidu dan
makhluk social.
Berkaitan
dengan hal tersebut diatas maka metode pembelajaran yang dapat merefleksikan
kepenuhan kabutuhan kemanusiaan siswa diantaranya adalah :
·
Cooperative learning, yang merupakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan untuk menumbuh kembangkan perasaan social, pengendalian
emosi dan perilaku siswa serta perkembangan kemampuan intelektual siswa didalam
lingkungan belajar yang menekankan kesetaraan, kebersamaan dan saling
menghargai.
·
Mengklarifikasi nilai-nilai yang perlu
dimiliki siswa dengan jalan melakukan : (1) identifikasi pikiran dan perasaan
siswa terhadap nilai-nilai tersebut, (2) menghargai kepercayaan dan nilai-nilai
yang dipercayai oleh siswa, (3) menyadarkan siswa terhadap menfaat dari
nilai-nilai yang dipercayainya dengan berbagai contoh-contoh manfaat
penerapannya didalam masyarakat, (4) menyadarkan siswa terhadap nilai-nilai
negative yang dipercayainya serta menjelaskan akibat negative yang akan terjadi
pada dirinya dan masyarakat.
·
Moral education, yang berkaitan dengan
pembentukan dengan moral siswa yang ditunjukan pada pembentukan karakter
sebagai individu sebagai warga masyarakat dan warga Negara. Pendidikan moral ditunjukkan
agar siswa memiliki rasa tanggung jawab social dan tanggung jawab sebagai warga
Negara, baik didalam sekolan maupun diluar sekolah. Didalam mengembangkan moral
melalui pendidikan moral yang sangat penting dilakukan adalah : (1) guru
sebagai teladan yang menerapkan nilai-nilai moral yang sedang dikembangkan ; (2)
menciptakan iklim kelas yang ramah dan menyenangkan bagi semua yaitu bagi guru
dan siswa; (3) mengembangkan sikap saling menghargai dan toleransi diantara
sesama; (4) Mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang tinggi sehingga
dapat memberikan manfaat pada dirinya sendiri dan masyarakatnya.
·
Inclusive education, menurut UNESCO
(2004) kependidikan inclusive mengandung arti bahwa sekolah perlu mengakomodasi
kebutuhan pendidikan semua anak dengan tidak menghiraukan kondisi fisik,
intelektual, social, emosional, bahasa dan kondisi-kondisi lainnya. Dengan
demikian anak-anak normal, anak-anak berkebutuhan khusus disebled dan gifted)
anak-anak yang memiliki latar belakang bahasa entik minoritas anak-anak jalan,
anak-anak yang bekerja dan anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampuh;
anak-anak didaerah terpencil/ anak-anak dari suku yang berpindah serta
anak-anak yangberasal dari kondisi yang kurang bertuntung lainnya
BAB III
PENUTUP
Perbedaan Teori Rogers dengan Teori Maslow
Carl Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian besar dari apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang untuk
"tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka
dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat
dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami).
Satu perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah penekanan
bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman. Puncak pengalaman
saat di dalam hidup yang membawa kita melampaui persepsi biasa, pikiran, dan
perasaan. Biasanya, individu merasa berenergi, lebih "hidup". Dalam
beberapa hal, pengalaman puncak mirip dengan konsep Zen satori (harfiah
"pencerahan"), yang, seperti pengalaman puncak, datang tanpa diduga,
dan mengubah pemahaman individu tentang diri dan dunia. Karena sifat
"mistis" dari pengalaman puncak, beberapa psikolog kurang nyaman
dengan teori Maslow dari pada dengan Rogers, yang menggunakan konsep yang
lebih mudah berhubungan dengan psikologi "mainstream". Mungkin, ini
account untuk Maslow yang dipandang sebagai kurang berpengaruh di antara
terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada keraguan bahwa gagasan Maslow tentang
motivasi telah menjadi dikenal secara luas dan digunakan, sebagai link di bawah
ini membantu untuk menggambarkan.
Daftar Pustaka
Jaramis Martini.
2010. Orientasi Baru dalam Psikologi
Pendidikan. Yayasan Penamas Murni
Draviantoro
Ganiein. 2012. http://ganieindraviantoro.wordpress.com/2012/04/23/maslow-theory/
, ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Belajar
Psikologi. 2011. http://belajar-matematika-sd.blogspot.com/2012/01/aplikasi-maslows-hierarchy-of-needs.html
, ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Exellent.
2012. http://job1.excellent-corp.com/artikel/9-aplikasi-teori-humanistik-carl-roger-dalam-pendidikan.html
, ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Novira.
2010. teori-humanistik-carl-rogers. http://novira08.wordpress.com/2010/05/29/ ,
( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Terimakasih atas informasinya.
BalasHapusalifqofrahamzah.blogspot.co.id