Sabtu, 07 Desember 2013

Makalah Aplikasi Teori Maslow dan Teori Rogers Dalam Pendidikan


                 MAKALAH
 
 




“Aplikasi Teori Maslow dan Teori Rogers Dalam Pendidikan”

 

Oleh:
Apriliana Y. S. Silitonga
Herson Mahadun
Stella F. Runtuwene

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2013
BAB I
PENDAHULUAN

            Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang paling penting tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Maslow
      Seiring dengan perkembangan jaman banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira. Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.
Bagi para guru, menciptkan kondisi yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku merupakan salah satu tugas yang paling penting tentang belajar dengan kata lain, guru memiliki tanggungan mengemas teori belajar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.

B.     Aplikasi Teori Maslow Dalam Pendidikan
      Anak belajar bukan karena ia dipaksa untuk belajar, akan tetapi, belajar berdasarkan untuk mengetahui sesuatu yang ada dilingkungannya. Hal ini dating dari diri dalam anak, misalnya, keinginan anak untuk mencapai keberhasilan dalam memecahkan masalah  yang dihadapinya. Keberhasilan yang diperoleh anak merupakan hadiah bagi dirinya sendiri, oleh sebab itu Reward menurut humanism adalah diri sendiri untuk diri sendiri. Berlainan dengan behaviorisme, reward dating dari luar diri individu yang belajar.
      Berdasarkan teori Maslow perkembangan self-esteem merupakan hal yang penting. Anak yang berpandangan baik tentang dirinya memiliki self-esteem yang tinggi. Keadaan ini menjadi pendorong bagi anak dalam menentukan  tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Selanjutnya, hal ini akan menjadi dasar untuk mencapai self-efficacy atau high self-esteem. Oleh sebab itu pendidikan yang berbasis humanism adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan pendekatan “ child- centered”
      Pendekatan pendidikan yang bersifat child-centered mengandung implikasi bahwa anak bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang ditentukannya didalam proses pendidikan yang diikutinya dan anak mendapat kesempatan yang luas dalam mengakualisasikan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian pendidikan bertujuan mempersiapkan anak untuk memasuki kehidupan nyata dimasanya yang kelak. Dengan kata lain bukan membuat anak menjadi tergantung pada Reward dan punishment. Bertitik tolak pada hal tersebut maka guru berfungsi sebagai fasilitator yang mefasilitasi kebutuhan belajar anak untuk berkembang menjadi manusia yang manusiawi. Oleh sebab itu, salah satu tugas fasilitator adalah membuat anak memiliki perasaan yang baik tentang dirinya dan berpikir positif terhadap dirinya sendiri karena kondisi tersebut memfasilitasi kegiatan belajar yang positif bagi perkembangan anak.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat  penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya  memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan  untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan  pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas,  atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk  belajar.
Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas  kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada  proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah  kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak  tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang  membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki  kebutuhan Maslow dapat membantu guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk meningkatkan pembelajaran. Adalah  tidak realistis untuk mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika mereka kekurangan kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke sekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak bisa fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas. Guru dapat bekerja sama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja sosial untuk membantu keluarga mereka atau mengusulkananak-anak untuk disetujui masuk program makan gratis atau pengurangan biaya sekolah.
Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas dengan gangguan di dekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat bertemu dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih aman dalam belajar tidak terpenuhi.  Guru dapatmendorong orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak adagangguan di kelas dan mengajar siswa keterampilan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut (misalnya, bagaimana untuk berkonsentrasi dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik)
Beberapa sekolah tinggi memiliki masalah dengan kekerasan dan tekanan yang berhubungan dengan perilakugeng. Jika siswa takut bahwa mungkin secara fisik mereka dirugikan atau sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung dengan geng, berkonsentrasi pada tugas akademik,  mungkin guru atau administrator mempertimbangkanbekerjasama dengan siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat penegak hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi untuk membuat atmosphire yang kondusifuntuk belajar. Guru harus menyediakan kegiatan yang dapat siswa selesaikan dengan sukses.
Berikut banyak sekali hal-hal yang merupakan beberapa aplikasi dari teori-teori Maslow dalam proses pembelajaran,.
1.      Open Education atau Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai pembimbing. Ciri utama dari proses ini adalah murid bekerja secara individual atau dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam proses ini mensyaratkan adanya pusat-pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang memungkinkan muridmengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, topik-topik, ketrampilan- ketrampilan atau minat-minat tertentu. Pusat ini dapat memberikan  petunjuk untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya guru dan  dapat mencatat partisipasi dan kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan guru (Rumini, 1993). Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah sebagai berikut :
a.      Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar harus  ada. Murid tidak dilarang untuk bergerak secara bebas di ruangkelas, tidak dilarang bicara, tidak ada pengelompokan atas dasar  tingkat kecerdasan.
b.      Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan,  tanpa melibatkan kelompok.
c.      Adanya kesempatan bagi guru dan murid untuk bersama- sama mendiagnosis peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid  memeriksa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati danmengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d.      Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun buku kerja
e.      Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal.
f.        Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional bagi guru, dalam arti guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk           rekan sekerjanya.
g.      Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses belajar yang membuat murid nyaman dalam melakukan  sesuatu.
Perlu untuk diketahui, bahwa penelitian tentang efektivitas model ini menunjukkan adanya perbedaan dengan proses pendidikan tradisional dalam hal kreativitas, dorongan berprestasi, kebebasan dan hasil-hasil yang bersifat afektif secara lebih baik. Akan tetapi dari segi pencapaian prestasi belajar akademik, pengajaran tradisional lebih berhasil dibandingkan poses pendidikan terbuka ini.
2.      Cooperative Learning  atau Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid. Dalam prakteknya, belajar kooperatif memiliki tiga karakteristik :
a.      Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
b.      Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.
c.      Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Collaborative Learning  (Pembelajaran Kolaboratif)
Prinsip dari Pembelajaran Kolaboratif adalah bahwa pembelajaran merupakan proses yang aktif. Mahasiswa mengasimilasi informasi dan menghubungkannya dengan pengetahuan baru melalui kerangka acuan pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran memerlukan suatu tantangan yang akan membuka wawasan para mahasiswa untuk secara aktif berinteraksi dengan temannya. Di sini mahasiswa akan mendapatkan keuntungan lebih jika mereka saling berbagi
Pembelajaran terjadi dalam lingkungan sosial yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan saling bertukar informasi, yang akan memudahkan mahasiswa menciptakan kerangka pemikiran dan pemaknaan terhadap hal yang dipelajari. Mahasiswa ditantang baik secara sosial maupun emosional ketika menghadapi
perbedaan perspektif dan memerlukan suatu kemampuan untuk dapat mempertahankan ide-idenya. Dengan demikian melalui proses ini mahasiswa belajar menciptakan keunikan kerangka konseptual masing-masing dan secara aktif terlibat dalam proses membentuk pengetahuan.
 Perkuliahan Mata Kuliah Teori dan Psikologi Belajar yang telah dilakukan selama ini sebagian menggunakan prinsip ini. Adapun prosedur pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut :
a.       Dosen menjelaskan topik yang akan dipelajari
b.      Dosen membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang  terdiri dari 5 orang
c.       Dosen membagi lembar kasus yang terkait dengan topik dipelajari
d.      Mahasiswa diminta membaca kasus dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi terhadap kasus
e.       Mahasiswa diminta mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam  kelompok kecil masing-masing dan mendiskusikan kesepakatan kelompok
f.       Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi  kelompoknya dalam kelas dan meminta kelompok lain untuk m emberikan tanggapan
4.       Competitive Learning  (Pembelajaran Kompetitif)
Prinsip pembelajaran ini adalah memfasilitasi mahasiswa saling
berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil terbaik.  
Kompetisi dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.Kompetisi individual berarti mahasiswa berkompetisi dengan dirinya sendiri dibandingkan dengan pencapaian prestasi sebelumnya. Kompetisi kelompok dilakukan dengan membangun kerjasama. Prosedur proses pembelajaran kompetitif adalah sebagai berikut  : -   Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran
a.      Dosen membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah     anggota 5 - 7 orang
b.      Dosen menjelaskan prosedur tugas yang akan dikompetisikan dan standar penilaiannya
c.      Dosen memfasilitasi kelompok untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
d.      Masing-masing kelompok menunjukkan kinerjanya
e.      Dosen memberikan penilaian terhadap kinerja kelompok berdasar standar kinerja yang telah disepakati.


5.       Case Based Learning  (Pembelajaran Berdasar Kasus)
Prinsip dasar dari metode ini adalah memfasilitasi mahasiswa untuk menguasai konsep dan menerapkannya dalam praktek nyata. Dalam hal ini analisis kasus yang dikuasai tidak hanya berdasarkan common sense  melainkan dengan bekal materi yang telah dipelajari. Pada akhirnya metode ini memfasilitasi mahasiswa untuk berkomunikasi dan berargumentasi terhadap analisis suatu kasus. Prosedur yang dilakukan dalam metode ini adalah :
a.      Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang akan digunakan
b.      Dosen meminta mahasiswa mempelajari konsep dasar berkaitan  dengan tujuan pembelajaran, dengan cara membaca buku teks yang membahas materi tersebut.
c.      Dosen membagikan lembar kasus yang telah dipersiapkandimana kasus ini haruslah relevan dengan tujuan dan materi  pembelajaran
d.       Dosen membagikan lembar pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa berkaitan dengan pembahasan kasus tersebut.  Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga menjadi panduan mahasiswa untuk dapat menganalisis kasus berdasarkan.

C.    Teori Carl Roger Tentang Humanisme dan Aplikasihnya dalm Pendidikan
Carl Roger (1902-1985) merupakan salah seorang tokoh humanism yang memandang manusia sebagai aristek yang teguh dalam membangun dirinya sendiri. Roger adalah seseorang ahli Pertian yang memperdalam keahliannya dalam bidang teologi dan pisikologi klinis. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang teherapist, Roger memandang bahwah pusat keahlian adalah self/diri oleh sebab itu, seseorang perlu menggali dirinya sendiri agar dapat mengetahui siapa sebenarnya dirinya. Hal tersebut, akan membuat dirinya sebagai mana adanya.
Client- centered therapy merupakan metode terapi pisikologis yang dikembangkan oleh Roger berdasarkan pada keyakinannya bahwa manusia dapat menemukan kakuatan yang ada didalam dirinya.
Menurut Roger, pengetahuan tentang diri sendiri dan penghargaan terhadap diri sendiri di bentuk melalui berbagai pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya sejak usia dini (Papalia & Olds, 1985:498). Congruence atau penghargaan atau penerimaan dan pujian yang diberikan oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan individu merupakan bagian dari berbagai pengalaman yang diperlukan untuk memehami diri sendiri dan membangun penghargaan pada diri sendiri. Oleh sebab itu, individu yang memiliki self-esteem yang baik akan menjadi individual yang memiliki kepribadian yang positif dan selanjutnya, menjadi individu yang mampuh mengaktualisasikan dirinya secara posotif. Individu yang mengaalami kemiskinan dalam congruence akan berkembang kearah negative, seperti rasa cemas yang berlebihan bahkan dapat menjadi individu yang psychotic yang ditunjukan melalui fasilitasnya tentang dirinya.

D.    Latar Belakang Maslow
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, IIIionois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers tertarik kepada pertaniann secara ilmiah. Pertanian inilah yang membawanya ke perguruan tinggi di Un.of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk Union Theological Seminary di New York City dimana dia mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teacher College of Columbia dan dia mendapat gelar M.A pada tahun 1928 dan doktor pada 1931 di Colombia. Pegalaman praktisnya yang pertama diperoleh di Institute for Child Guidance, lembaga tersebut orientasinya Freudian.  Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemkiran menurut aliran Thorndike.
Setelah mendapat doktor, Rogers menjadi anggota staf Rochester Guindance Center dan kemudian menjadi pemimpinya . Dan pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State Univrsity. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh rogers sendiri sangat tajam, karena rangsangan – rangsanganya dia merasa terpaksa harus membuat pandangan – pandangan dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakanya pada tahun 1942 dalam buku : Counseling and Psychothrapy. Pada tahaun 1945 Rogers menjadi maha guru pskologi  di universitas of Chicago, yang jabatanya hingga kini. Tahun 1946 – 1957 menjadi Presiden American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.

E.     Aplikasih teori Roger pada binbingan Pshykologis dalam Pendidikan
      Teori Roger dapat digunakan dalam melakukan bimbingan pisikologis dalam mengatasi asalah-masalah pisikologis yang dialami siswa dalam mempengaruhi proses balajar siswa tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah bimbingan konseling (BK). Dalam melaksanakan BK yang berbasis silent-cntered therapy, Roger melakukan thertapy yang bersifat non directive therapy yang dijelaskan di bagian berikut ini :
·          Acceptence atau penerimaan client pada apa adanya. Walaupun client mengeluarkan perasaan negatifnya seperti mencela atau prilaku yang lainnya. Melalui acceptance maka individu  akan memperoleh kekuatan diri apabila client merasa bahwa ia diterima sebagaimana adanya maka ia akan membangun sikap posotif terhadap dirinya.
·         Empatic understanding yaitu kesedihan untuk memahami keadaan silent. Karena merasa didengarkan apa yang di rasakan oleh silent maka ia akan mampuh mendengar dirinya sendiri dan dapat merasakan perasaan yang hilang selama ini.
·         Congruence, individu yang congruence akan tampil seperti dirinya sendiri dan tidak memasangkan topeng dalam penampilan dan perilakunya. Seiring dengan pengertian silent tentang dirinya ndan menghargai dirinya maka individu tersebut menerima bebagai pengalaman yang dialaminya sebagai adanya.

      Didalam dunia pendidikan dan pengajaran teori Carl Roger dapat diaplikasihkan dalam berbagai bentuk tindakan pendidikan dan pembelajaran yang merupakan prinsip-prinsipa tersebut diatas, diantaranya adalah :
Ø  Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya berkaitan dengan proses pendidiakan dan pembelajaran yang sedang berlangsung atau yang akan berlangsung dan telah berlangsung.
Ø  Member kesempatan kepada siswa untuk menginternilasisasi kejasian-kejadian yang berlangsung selama proses pendidikan dan pembelajaran terjadi sehingga menumbu kembangkan perasaan empati pada siswa yang selanjutnya menjadi alat untuk melakukan introkspeksi terhadap dirinya sendiri.
Ø  Member kesempatan kepada siswa seperti dirinya sendiri dengan jati diri yang utuh sehingga memperkuat kemandirian siswa di dalam proses perkembangan kepribadiannya selanjutnya.

Penerapan Pendekatan Humanisme dalam Proses Pendidikan dan Pembelajaran
      Penerapan pendekatan humanism didalam pendidikan dan pembelajaran dapat di identifikasi dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh sekolah dalam hal-hal yang berkaitan dengan :
·         Pengembangan perasaan positif siswa terhadap dirinya sendiri yang diarahkan pada pengembangan kepribadian yang posotif. Kepribadian positif mendukung proses pendidikan yang dijalani oleh siswa tersebut.
·         Pengembangan perasaan posotif terhadap orang lain yang diarahkan untuk menghargai orang lain tanpa membedakan asal usul, ras, latarbelakang social dan ekonomi serta agama.
·         Penyediaan sara dan prasarana pendidikan dan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa sebagai indifidu dan makhluk social.

      Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka metode pembelajaran yang dapat merefleksikan kepenuhan kabutuhan kemanusiaan siswa diantaranya adalah :
·         Cooperative learning,  yang merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk menumbuh kembangkan perasaan social, pengendalian emosi dan perilaku siswa serta perkembangan kemampuan intelektual siswa didalam lingkungan belajar yang menekankan kesetaraan, kebersamaan dan saling menghargai.
·         Mengklarifikasi nilai-nilai yang perlu dimiliki siswa dengan jalan melakukan : (1) identifikasi pikiran dan perasaan siswa terhadap nilai-nilai tersebut, (2) menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang dipercayai oleh siswa, (3) menyadarkan siswa terhadap menfaat dari nilai-nilai yang dipercayainya dengan berbagai contoh-contoh manfaat penerapannya didalam masyarakat, (4) menyadarkan siswa terhadap nilai-nilai negative yang dipercayainya serta menjelaskan akibat negative yang akan terjadi pada dirinya dan masyarakat.
·         Moral education, yang berkaitan dengan pembentukan dengan moral siswa yang ditunjukan pada pembentukan karakter sebagai individu sebagai warga masyarakat dan warga Negara. Pendidikan moral ditunjukkan agar siswa memiliki rasa tanggung jawab social dan tanggung jawab sebagai warga Negara, baik didalam sekolan maupun diluar sekolah. Didalam mengembangkan moral melalui pendidikan moral yang sangat penting dilakukan adalah : (1) guru sebagai teladan yang menerapkan nilai-nilai moral yang sedang dikembangkan ; (2) menciptakan iklim kelas yang ramah dan menyenangkan bagi semua yaitu bagi guru dan siswa; (3) mengembangkan sikap saling menghargai dan toleransi diantara sesama; (4) Mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang tinggi sehingga dapat memberikan manfaat pada dirinya sendiri dan masyarakatnya.
·         Inclusive education, menurut UNESCO (2004) kependidikan inclusive mengandung arti bahwa sekolah perlu mengakomodasi kebutuhan pendidikan semua anak dengan tidak menghiraukan kondisi fisik, intelektual, social, emosional, bahasa dan kondisi-kondisi lainnya. Dengan demikian anak-anak normal, anak-anak berkebutuhan khusus disebled dan gifted) anak-anak yang memiliki latar belakang bahasa entik minoritas anak-anak jalan, anak-anak yang bekerja dan anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampuh; anak-anak didaerah terpencil/ anak-anak dari suku yang berpindah serta anak-anak yangberasal dari kondisi yang kurang bertuntung lainnya


BAB III
PENUTUP

Perbedaan Teori Rogers dengan Teori Maslow
Carl Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian besar dari apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami).
Satu perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah penekanan bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman. Puncak pengalaman saat di dalam hidup yang membawa kita melampaui persepsi biasa, pikiran, dan perasaan. Biasanya, individu merasa berenergi, lebih "hidup". Dalam beberapa hal, pengalaman puncak mirip dengan konsep Zen satori (harfiah "pencerahan"), yang, seperti pengalaman puncak, datang tanpa diduga, dan mengubah pemahaman individu tentang diri dan dunia. Karena sifat "mistis" dari pengalaman puncak, beberapa psikolog kurang nyaman dengan teori Maslow dari pada dengan Rogers, yang menggunakan konsep yang lebih mudah berhubungan dengan psikologi "mainstream". Mungkin, ini account untuk Maslow yang dipandang sebagai kurang berpengaruh di antara terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada keraguan bahwa gagasan Maslow tentang motivasi telah menjadi dikenal secara luas dan digunakan, sebagai link di bawah ini membantu untuk menggambarkan.


Daftar Pustaka
Jaramis Martini. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Yayasan Penamas Murni
Draviantoro Ganiein. 2012. http://ganieindraviantoro.wordpress.com/2012/04/23/maslow-theory/ , ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Belajar Psikologi. 2011. http://belajar-matematika-sd.blogspot.com/2012/01/aplikasi-maslows-hierarchy-of-needs.html , ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )
Novira. 2010. teori-humanistik-carl-rogers. http://novira08.wordpress.com/2010/05/29/ , ( diakses pada tanggal 08 Desember 2013 )




1 komentar: