Kamis, 14 November 2013

Makalah Pendidikan Kependudukan


BAB I
PENDAHULUAN

         Masalah kependudukan mendapat perhatian karena dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Kependudukan adalah ilmu ynag mempelajari penduduk satu wilayah dari sisi jumlahnya, struktur, dan perubahannya. Tujuan mempelajari kependudukan yaitu untuk kebijakan pembangunan, alokasi kebijakan (dana), dan lain-lain.Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.


BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

         Saat ini masalah kependudukan sangat diperhatikan oleh pemerintah karena semakin banyak penduduk yang ada di Negara ini. Hal ini juga bisa menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri beserta lingkungannya. Saat ini kita dapat meliahat melalui pertumbuhan penduduk.
1.Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Hidup
         Pada umumnya di Negara yang sedang berkembang perkembangan penduduk sangat tinggi tingkat kecepatan perkembangannya dan besar jumlahnya. Yang dimaksud dengan masalah penduduk adalah :
Masalah perkembangan penduduk sangat besar di nagara berkembang
Pertambahan penduduk menimbulkan :
·         Jumlah pengangguran tinggi,
·         Jumlah tenaga kerja bertambah,
·         Perpindahan penduduk dari desa ke kota,
·         Pengangguran dikota besar bertambah,
·         Tingkat kemiskinan meningkat,.
            Dinegara berkembang laju pertambahan penduduk merupakan masalah pembangunan yang utama dan sukar diatasi, para ahli menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara berkembang harus segera diatasi untuk dapat mempercepat laju perkembangan ekonomi, yaitu dengan program menekan laju pertambahan penduduk. Tetapi usaha menekan laju pertambahan penduduk menghadapai beberapa masalah, seperti :
-       Ekonomi
-       Sosial budaya
-       Keagamaan
-       Politik dan
-       Psikologi
         Masalah tersebut yang menghambat usaha menekan pertambahan penduduk dalam waktu yang singkat.
         Ketika penduduk bertambah banyak maka semakin sedikit vasilitas yang dapat dirasakan oleh penduduk. Hal ini juga dapat menimbulkan masalah yang membuat pemerintah sulit untuk menyelesaikannya.
         Mc Carner dan Lason 1987, dalam Yuwono, 2000) memberikan pengertian kualitas hidup sebagai derajat kepuasan hai karane terpenuhinya kebutuhan external maupun persepsinya. WHO ( 1994, dalam Desita, 2010) kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai persepsi sebagi laki-laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nlai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan stendrat hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.

2.     Pertumbuhan Penduduk dan Pengaruh Terhadap Transportasi
         Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.
         Ada beberapa fakrtor-faktor yang mempengaruhi pada pengaruh transportasi :
·         Transportasi di dalam Lingkungan Perkotaan
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar. Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang potensial mengubah kualitas udara perkotaan. Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti perkembangan sosial-ekonomi perkotaan itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya perkotaan dalam hal wilayah spasial (ruang) dan aktivitas ekonominya, akan semakin besar pula beban pencemaran udara yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak ini akan semakin terasa di daerah-daerah pusat kegiatan kota. Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap lingkungan yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan. Ada tiga aspek utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan (Moestikahadi 2000), yaitu:
  1. Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia).
  2. Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan, sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya.
  3. Aspek teknik mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.
Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang (spatial pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di perkotaan (Miller 1985) :
  1. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, atau berjalan kaki,
  2. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya.
  3. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.
Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem transportasi perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi, massal, dan sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu.
·         Pola Perjalanan di Daerah Perkotaan
Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat tujuan bekerja, bersekolah atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja, ke tempat-tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai di luar rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam masalah perjalanan adalah adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang memperlihatkan adanya lintasan, alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola perjalanan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di perkotaan (permukiman, perbelanjaan, perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain).
·         Kebijakan Transportasi
Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman, dan mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota. Penyusunan kebijakan transportasi dilakukan oleh Departemen Perhubungan, setelah berkoordinasi dengan beberapa departemen lain yang terkait, misal: Departemen Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertahanan, dan Departemen Keuangan. Selanjutnya pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan).
2.      Dampak tata guna lahan dan nilainya
Di samping dampak transportasi terhadap lingkungan alamiah, terdapat juga dampak terhadap tata guna lahan dan nilai lahan. Barangkali yang paling nyata dari dampak ini ialah pembebasan lahan untuk pembuatan jalan baru bagi sarana transportasi; dengan demikian tata guna lahan diubah untuk keperluan transportasi. Juga perubahan tingkat pelayanan transportasi (dan harga) di suatu daerah mungkin akan mempengaruhi jenis tata guna lahan tertentu yang tidak akan terjaditanpa adanya perubahan tadi. Ini mempunyai dampak yang potensial dalam mengubah bukan saja tata guna lahan secara parsial, tetapi juga melalui perubahan tesebut kualitas kehidupan secara keseluruhan dari suatu daerah dan nilai lahannya akan berwujud lain.
·         Persebaran lahan dan dampak relokasi
Dengan terjadinya urbanisasidi banyak negara maka kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas transportasi perkotaan akan semakin mendesak. Pengembangan tersebut biasanya akan membutuhkan tambahan lahan. Walaupun agak mengherankan tambahan lahan tersebut hanya sedikit pengaruhnya terhadap total area yang disediakan untuk prasarana transpor. Walau demikian, tambahan lahan tertentu tetap menimbulkan masalah yang muncul. Lahan untuk transpor harus tersedia secara kontinu dengan minimum lebar tertentu. Untuk prasarana berkapasitas tinggi di daerah perkotaan biasanya dihindarkan dari gangguan lalu-lintas yang memotong, sehingga harus mempertinggi atau memperendah elevasi jalur tadi pada lokasi-lokasi tertentu. Ini menyebabkan hambatan untuk menyeberang di sarana transportasi baru. Hambatan-hambatan ini juga akan mengganggu kehidupan bertetangga, banyak rumah warga yang harus dipindahkan yang menimbulkan masalah ekonomi sosial tersendiri. Dari segi estetika mungkin prasarana yang dibangun kurang enak dipandang. Sehingga areal tersebut mungkin kurang enak dihuni. Karena alasan-alasan diatas, maka dewasa ini pembangunan sarana transportasi baru harus memperhitungkan secara integral dengan daerah sekitarnya.
Dari seluruh dampak akibat dibangunnya suatu prasarana transportasi yang baru, pembebasan lahan menimbulkan masalah yang paling sulit dan kontroversial. Prinsipnya pembebasan lahan sama dengan membeli lahan untuk kegiatan ekonomi baru lainnya. Karena pembangunan sarana transportasi akan memerlukan sebidang lahan yang menerus sepanjang rute dimana prasaran tadi akan dibangun, maka lahan yang akan dibangun yang harus dibeli hanya laha pada lokasi tertentu saja dan bukan lahan yang terletak pada sembarang lokasi. Pemerintah telah memberikan kebebasan kepada penguasa atau badan–badan yang akan membangun prasarana tersebut untuk membelinya dengan harga pasar yang wajar, tanpa tergantung kemauan pemilik lahan (hak pemerintah). Hal ini berarti memaksa penduduk untuk pindah dan akan menimbulkan keadaan yang tidak sehat dan kontroversial. Disamping itu disamping kesukaran dalam menentukan harga pasar wajar, tentu saja nilai lahan berbeda-beda menurut pemilik.
Masalah lain yang berkaitan dengan pembebasan lahan untuk transportasi adalah bahwa penggunaan lahan yang baru untuk suatu saran transportasi mempunyai sejumlah karakteristik yang sering tidak diinginkan oleh lingkungannya. Misalnya, jalan yang baru tadi mungkin akan membuat sepi jalan-jalan yang lain dan trotoar yang ada dan membelah lingkungan menjadi dua bagian terpisah. Sebagian sarana transportasi tidak membayar pajak kekayaan, tidak seperti lahan lainnya. Oleh karena itu pemerintah kota atau badan-badan lain mungkin akan mengalami pengurangan penghasilan dari pajak bumi atas lahan. Sudah barang tentu apabila harga lahan di sekitar fasilitas tersebut cukup tinggi
Untuk mengatasi masalah akibat pembebasan lahan dan relokasi tata guna lahan dikeluarkan undang-undang yang menentukan cara-cara pembebasan lahan untuk transportasi umum. Dengan ini diharapkan tidak akan ditemui permasalahan yang mungkin timbul akibat kegiatan tersebut. Namun demikian terbukti masih banyak ditemui permasalahan di lapangan seperti di perkotaan tidak cukup lahan pengganti untuk penduduk yang direlokasi, kegiatan bisnis mikro yang apabila direlokasi mereka akan sangat terpukul dan harus memulai dari awal atau masalah psikologis terutama bagi mereka yang telah cukup umur bahkan akan kehilangan relasi karena jarak semakin jauh. Dengan semua masalah ini tidak pelaklagi terdapat berbagai tantangan keras bagi pembangunan fasilitas transportasi baru apabila fasilitas ini memerlukan relokasi penduduk atau perekonomian. Akan tetapi ketentuan mengenai kompensasi finansial terhadap pertimbangan masalah masing-masing penduduk serta bantuan-bantua untuk relokasi akan dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut.
·         Nilai lahan
Wajar kiranya bahwa perbaikan pelayan tarnsport di suatu daerah akan mengakibatkan naiknya nilai lahan itu, apabila kondisi lainnya tidak berubah. Pedagang akan memandang kemudahan transpor ke tempat lain mereka sebut aksesibilitas; denga sebidang lahan akan bertambah dengan meningkatnya pelayanan sisitem transportasi dan karena itu harga lahan tadi akan meningkat pula. Contoh sederhana memeperlihatkan dua karakteristik penting perbaikan transportasi. Pertama, pengurangan biaya transportasi membuat pendapatan akan tersedia untuk pemakaian lainnya yang dapat pula mengikuti peningkatan pengeluaran untuk rumah. Kedua, pengurangan biaya transpor pada umumnya akan membawa lebih banyak lahan yang dapat dipakai untuk pemukiman atau kegiatan ekonomi lainnya dengan akibat kepadatan pemakaian rata-rata akan berkurang. Ketiga, walaupun harga sebagian lahan akan meningkat sebagai akibat dari perbaikan transportasi namun harga lahan yang lokasinya tidak dipengaruhi perbaikan transportasi tadi mungkin akan menurun. Hal ini dapat terjadi walaupun perbaikan dapat mengurangi biaya transportasi atau menambah aksesiilitas ke seluruh bidang lahan karena beberapa lahan mungkin akan lebih dipengaruhi secara positif daripada yang lainnya. Walaupun model yang lebih rinci dan realistik akan menerangkan hal ini dan hal-hal lainnya secara lebih jelas dan lengkap namun contoh sederhana ini telah dapat menggambarkan beberapa pengaruh utama dari perbaikan transport terhadap nilai lahan.
Pertambahan nilai lahan pada lajur atau area yang berdekatan langsung dengan jalan bebas hambatan biasanya beberapa kali lebih besar dari pertambahan nilai lahan area yang jauh dari jalan bebas hambatan. Hal ini membuktikan bahwa perbaikan transport akan meningkatkan nilai lahan. Oleh karena itu akan memberikan keuntungan kepada masyarakat dengan cara tersebut, disamping keuntungan transportasi yang dapat dinikmati secara lebih langsung dan cepat. Namun demikian ada kemungkinan peningkatan nilai lahan yang berdekatan dengan peningkatan transportasi sebenarnya adalah pengalihan nilai lahan yang jauh dari peningkatan transportasi tersebut; lahan yang berkurang nilainya sebagai akibat peningkatan tersebut. Juga ada kemungkinan bahwa peningkatan nilai lahan hanyalah berupa penghematan biaya transport yang berasal dari fasilitas baru tersebut dan dengan demikian peningkatan nilai lahan ini sebenarnya adalah cara lain untuk mengukur pengaruh yang menguntungkan yang sama seperti pengurangan waktu perjalanan dan biaya transportasi lainnya. Sejauh mana peningkatan nilai lahan itu merupakan pengalihan penurunan nilai lahan di tempat lainnya dan sejauh mana peningkatan itu mencerminkan perubahan biaya transportasi orang-orang yang tempatnya berdekatan dengan fasilitas baru itu, namun pertanyaan itu sulit untuk dijawab.
Pembahasan selanjutnya lebih kami arahkan pada analisis dampak penggunaan lahan terhadap perkembangan transportasi tentunya dalam konteks keruangan. Pengembangan lahan yang sudah ada (existing use) merupakan informasi yang paling penting pada perencanaan perluasan. Perencanaan perluasan salah satunya diarahkan pada pengembangan transportasi yang lebih aksesibel sehingga memberikan kemudahan dalam pergerakan barang, jasa, informasi, serta manusia. Perkembangan suatu kawasan, harus ditunjang dengan peningkatan kualitas serta kuantitas dari transportasi itu sendiri. Transportasi dalam sudut pandang ini meliputi sarana dan prasarana seperti jalan dan moda sarana transport.
Perencanaan pembangunan kawasan sangat mempengaruhi pola pergerakan, dimana penggunaan lahan dan rencana distribusi spasialnya merupakan penentu dalam pangadaan prasarana dan sarana transportasi yang menyebabkan terjadinya interaksi. Hal yang penting dalam melancarkan interaksi antara tata guna lahan dengan kebutuhan transportasi yang dapat mendukung aktifitas yang terdapat pada masing-masing tata guna lahan tersebut. Untuk itu perencanaan tata ruang perlu mendapat perhatian bersama oleh intansi terkait, dari berbagai aktifitas tata guna lahan tersebut orang perlu melakukan perjalanan dengan menggunakan sarana dan jaringan transportasi yang ada sehingga mengakibatkan terjadinya arus orang, kendaraan, barang dan jasa dari dan ke aktivitas tata guna lahan yang ada.
Faktor utama yang berkaitan terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan serta kaitannya dengan transportasi yaitu:
Kedekatan dengan Pusat Kota sebagai pusat dari aktifitas masyarakat. Pusat Kota atau yang lebih dikenal dengan CBD (Central Business Distric) merupakan pusat dari seluruh aktifitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan social. Hal ini yang mendorong perkembangan penggunaan lahan dan transportasi. Berkembangnya suatu kawasan baik itu di perkotaan maupun di perdesaan pada dasarnya mengarah pada kedekatan terhadap pusat atau centralnya, dalam hal ini dikenal dengan ”Towns” untuk perkotaan dan ”Countryside” untuk perdesaan. Kedekatan dengan pusat atau CBD, memberikan dampak positif  baik dalam memperoleh pelayanan publik maupun dampak ’tricle down effect’. 
Berdasar kedua argumen tersebut, maka perlu pengkajian ulang mengenai apa yang menjadi factor yang mempengruhi perkembangan suatu transportasi sehingga berdampak pada perubahan penggunaan lahan ataupun sebaliknya. Pada dasarnya terdapat satu faktor yang sangat mempengaruh, yaitu:
3.      Aksesibilitas.
            Setiap upaya peningkatan fasilitas transportasi akan berdampak terhadap perubahan tataguna lahan apabila tidak ada upaya pengendalian. Pengendalian ini sangat penting agar upaya peningkatan fasilitas transportasi dapat bermanfaat dan berdayaguna seoptimal mungkin. Aksesibilitas memegang peran penting bagi para pengembang lahan. Acapkali justru para pengembang lahan yang menciptakan aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud.


BAB III
KESIMPULAN

        
            Beberapa langkah telah dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan, diantaranya program keluarga berencana dan pendidikan kependudukan. Diharapkan dengan adanya kedua usaha tersebut laju pertumbuhan penduduk dapat ditingkatkan.
Tujuan akhir dari PKLH adalah membentuk warga negara yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, yaitu warga negara yang dalam segala perilakunya berpandangan ke depan terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup, menuju masyarakat yang serasi dan seimbang dalam hubungannya dengan lingkungan hidup.
Adapun objek PKLH yaitu :
1.      masalah kependudukan dengan segala parameternya,
2.      masalah pencemaran lingkungan,
3.      masalah persepsi manusia terhadap kualitas lingkungannya
4.      masalah implikasi sosial dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan hidup.
5.      masalah etika lingkungan.
Adapun tujuan diadakannya pendidikan kependudukan yaitu, agar masyarakat/anak didik dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk secara cepat serta segala akibatnya maupun dapat menghubungkan antara pertumbuhan penduduk tersebut dengan program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam usaha mencapai kesejahteraan masyarakat.
Daftar Pustakaa

o Ahmad, Abu. 2002. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
o ab&q=penduduk+dan+pengaruhnya+terhadap+transportasi&oq=penduduk+dan+pengaruhnya+terhadap+transportasi&gs_l=serp.3...8047.24696.0.25053.48.44.0.2.2.1.542.11418.0j8j28j5j1j2.44.0...0.0...1c.1.Al-



Nutrisi Dan Sistem Pencernaan Hewan

NUTRISI DAN SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN
            Nutrisi (juga disebut makanan atau Aliment) adalah ketentuan, untuk sel dan organisme , dari bahan yang diperlukan (dalam bentuk makanan) untuk mendukung kehidupan .
Definisi dari Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu memudahkan jalannya bolus).
Dalam pencernaan hewan semua hewan tidak sama karena hewan memiliki beberapa perbedaan. Hewan memamah biak(Ruminantia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah,pertama dengan menelan bahan mentah,kemudian mengeluarkan makanan yang sudahsetengah dicerna dan mengunyahnya lagi.Lambung hewan-hewan ini tidak hanyamemiliki satu ruang (monogastrik ) tetapi lebihdari satu ruang ( poligastrik ), atau secaraumum bisa dikatakan berperut banyak.
Contoh hewan ruminansia:
Sapi, Kambing, Kuda, Domba, Jerapah., Bison, Rusa, Kancil
A.    Sistem pencernaan pada hewan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel, seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata.
Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs langsung melalui kulit.



       a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah

Cacing yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

b. Sistem Pencernaan Pada Serangga
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel.
2. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria)

a. Sistem Pencernaan Pada Ikan

Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. salah satu binatang
amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
2. esofagus; berupa saluran pendek,
3. ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4. intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6. kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
c. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
2) esofagus (kerongkongan),
3) ventrikulus(lambung),
4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna
kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati.
Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.
d. Sistem Pencernaan Pada Burung
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1) paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2) rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
3) faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
4) lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
- Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
6) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
e. Sistem Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya,
kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah memiliki alat-alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim – enzim
Sumber:
4.      http://dunia2009.blogspot.com/2009/01/sistem-pencernaan.html